Jumat, 30 September 2011

love physics

Semenjak bertemu denganmu, energi statik benih cintamu telah mengejutkan gaya pegas jantungku, sehingga jantungku berdetak tak beraturan bagaikan gelombang bunyi gendang yang tak beraturan saat aku berada beberapa meter darimu. Refleksi cahaya cintamu telah membunuh urat mataku sehinga membiaskan bayangan wajahmu yang selalu di otakku.


Pancaran Radiasi Pesonamu membuat otakku tidak bisa berpikir rasional, sehingga elektromagnet dalam hatiku terpengaruh gelombang magnet cintamu. Sejak Saat itu, atom-atom penyusun cinta ini kian mengumpul karena gaya listrik statik dan energi Potensial di hatiku.
Saat jauh darimu, partikel-partikel cintaku tidak bisa diam sehinga melakukan tumbukan-tumbukan lenting sempurna dan menghasilkan energi rindu dengan rumus E = MC2, yang mana M adalah Masa waktu dimana semakin lama semakin jauh darimu maka energi rinduku semakin bertambah besar. Sedangkan C adalah Cintaku padamu yang berbanding lurus dengan Energi rinduku.
Usaha untuk memberikan gaya lorenzt-ku padamu telah kuberikan dengan FL = i B Sin ØØ. Mudah-mudahan dengan penurunan rumus cintaku padamu dapat memahami pemuaian cintaku padamu dan peningkatan massa jenis cintaku agar tekanan cinta dalam hatiku bisa setimbang setelah bereaksi dengan cahaya cintamu. Dimana bila FL adalah gaya cintaku padamu akan berbanding lurus dengan i (arus listrik cintaku) dan B adalah besarnya medan magnet dalam hatiku dan arah sudut refleksi cinta dengan Sin.
I intensitas
L listrik
O optik
V kecepatan
E energi
U usaha

Rabu, 28 September 2011

Pembelajaran berbasis ICT terhadap Inquiri Learning,Cooperative Learning,dan Individual Learning

ABSTRAK
Pengaruh pembelajaran berbasis ICT dengan strategi Inquiri Learning
Dengan menggunakan ICT dengan strategi inkuiri pada pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa .Pemanfaatan ICT dengan strategi inkuiri lebih berpengaruh dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap motivasi belajar dan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa .
Sebagian besar siswa menunjukkan perhatian yang sangat tinggi, merasakan adanya keterkaitan, percaya diri dan kepuasan yang positif terhadap penggunaan sumber media ICT dengan strategi inkuiri. Dalam pembelajaran ini tidak hanya mengutamakan kemampuan kognitif siswa, tetapi mengkolaborasikan kemampuan afektif dan psikomotor.
untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam kemampuan mengidentifikasi, mem bedakan, menjelaskan dasar-dasar pengelompokan, meningkatkan kompetensi siswa, mendapatkan gambaran yang lengkap dan utuh tentang pembelajaran kontekstual berbasis ICT dengan strategi inkuiri terhadap motivasi dan hasil belajar siswa, Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran kontekstual berbasis ICT dengan strategi inkuiri terhadap motivasi,hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor dengan pembelajaran konvensional.
Bagaimana ICT dapat membantu siswa belajar?
Pertama, presenting information. ICT memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyampaikan informasi. Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat disimpan di hard disk. Bahkan kini telah lahir google0earth yang dapat menunjukkan kepada kita seluruh kawasan di muka bumi kita ini dari hasil foto udara yang amat mengesankan. Dengan membuka www.google.com, data dan informasi akan dengan mudah kita peroleh. Mau membuat grafik dan tabel? Itu sangatlah mudah. Komputer akan dengan senang hati membantu peserta didik untuk membuatkan grafik dan tabel secara otomatis, dengan hanya memasukkan data sesuai dengan yang kita inginkan.
Kedua, quick and automatic completion of routine tasks. Tugas-tugas rutin kita dapat diselesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan otomatis. Mau membuat grafik, membuat paparan yang beranimasi, dan sebainya, dengan mudah dapat dilakukan dengan bantuan komputer.
Ketiga, assessing and handling information. Dengan komputer yang dihubungkan dengan intenet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan informasi dengan mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki website yang menjangkau ujung dunia mana pun. Jangan heran, anak-anak kita dapat dengan mudah melakukan cheating atau ngobrol dengan temannya yang berada entah di belahan dunia mana.
Masih banyak lagi manfaat yang dapat kita ambil dari penggunaan ICT dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kemampuan dalam bidang teknologi informasi haruslah dikuasai sebaik mungkin oleh generasi muda kita melalui pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Metode Pembelajaran Inquiry berhubungan erat dengan pendekatan CTL (contextual Teaching and Learning), bahkan menjad inti pendekatan belajar CTL. Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa. Yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai angota keluarga dan masyarakat. Berangkat dari konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan megalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual ini didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Diharapkan mereka sadar bahwa mereka pelajari itru berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka akan memosisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi pengetahuan atau keterampilan itu akan ditemukan oleh siswa sendiri, bukan apa kata guru. Dalam pembelajaran kontekstual ada motto “student learn best by actively constructing their own understanding” (cara belajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya).  Untuk penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ada tujuh aspek yaitu sabagai berikut:
  1. Konstruktivisme (constructivism)
  2. Menemukan (inquiry)
  3. Bertanya (quetioning)
  4. Masyarakat belajar (learning community)
  5. Pemodelan (modelling)
  6. Refleksi (reflection)
  7. Penilaian autentik (autentic assessment)
Masnur Muslich (2007: 42) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
  1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan kepada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atu pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting)
  2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning)
  3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermana kepada siswa (learning by doing)
  4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in  a group)
  5. pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply)
  6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together)
  7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi menyenngkan (learning as an enjoy activity).
Metode Pembelajaran Inquiry
Inquiry (kegiatan menemukan) menjadi ciri dan komponen CTL. Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.

Prinsip-prinsip penerapan model pembelajaran inquiry adalah:
  1. Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.
  2. Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
  3. Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion)
  4. Langkah-langkah kegiatan inquiry merumuskan masalah,mengamati dan melakukan observasi,menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,gambar,laporan,bagan,tabel,dan karya lain,
Oemar hamalik (2007: 221menjelaskan bahwa proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.
Metode inkuiri yang diintegrasikan dalam pembelajaran kelompok dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Ø  Membentuk kelompok-kelompok inkuiri
Ø  Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
Ø  Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
Ø  Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
Ø  Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.
Ø  Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposis
Ø  Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok
Ø  Menilai proses kelompok.
Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa. Pada pembelajaan Sains metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).

Pengaruh pembelajaran berbasis ICT dengan strategi Cooperative Learning
Bagaimana Menggunakan TIK untuk Pembelajaran Kooperatif
Bagaimana merancang situasi belajar yang efektif? Pertanyaan ini sentral dalam 'tim Tugas pembelajaran berbasis dengan ICT' penelitian tindakan proyek (1999 - 2001), bersama-sama dilakukan oleh Universitas Utrecht (IVLOS) dan University Profesional Utrecht (Cetis), dan disponsori oleh inisiatif nasional Belanda SURF Educatie <F>.Dalam proyek ini siswa baik dalam studi penuh waktu atau paruh waktu dilihat sebagai junior-profesional mengembangkan karir mereka. Pendekatan ini hubungan dengan perkembangan belajar sepanjang hayat di mana siswa profesional yang ingin memperpanjang mereka "kompetensi". Berbagai situasi belajar diidentifikasi membangun satu atas lainnya yang akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan semua kompetensi yang dibutuhkan. Karakteristik dari situasi belajar adalah bahwa ini adalah cermin yang realistis dari situasi profesional lulusan akan menghadapi saat mulai ada kehidupan kerja. Teamwork merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari situasi belajar.

Tipologi situasi belajar:

• berbasis Penugasan: mahasiswa / profesional fungsi dalam peran reproduksi di mana masalah standar yang diakui dan diselesaikan dengan cara yang standar; mahasiswa / profesional menilai cara kerja dan hasil terhadap standar.
• Tugas berbasis: mahasiswa / profesional fungsi dalam peran eksekutif di mana masalah tugas khas, terkait diselesaikan menggunakan metode berorientasi pada tugas, mahasiswa / profesional menilai pemilihan metode, cara kerja dan hasil terhadap standar.
• berbasis Masalah: fungsi mahasiswa / profesional dalam peran taktis yang non-standar masalah ini diselesaikan menggunakan metode disesuaikan; spesifikasi untuk hasilnya harus dikembangkan, mahasiswa / profesional menilai spesifikasi, pemilihan metode, aplikasi, cara kerja dan hasil melawan standar.
• Situasi berbasis: mahasiswa / profesional fungsi dalam konteks peran ditentukan, strategis di mana nilai-sementara masalah harus diidentifikasi, seperti metode yang sesuai untuk memecahkan; mahasiswa / profesional menilai pemilihan masalah dan metode, aplikasi, cara kerja dan hasil terhadap standar.
Dalam pekerjaan Situasi paling pembelajaran tim diimplementasikan untuk meningkatkan pembelajaran. Karakteristik dari situasi belajar yang khas diringkas dalam Tabel 1. Mari kita memeriksa dua dari situasi belajar yang khas secara lebih rinci: Tugas pembelajaran berbasis dan belajar Situasi berbasis.
Tugas
Dalam karir siswa pendidikan mereka bekerja pada tugas-tugas yang memiliki hubungan nyata dengan profesi atau fungsi di mana siswa akan bekerja setelah selesainya penelitian. Dalam 'tim yang berbasis pembelajaran dengan ICT Tugas' proyek siswa baik dididik sebagai dokter medis (Universitas Utrecht) atau profesional sebagai ekonomi atau bisnis (Profesional Universitas Utrecht). Tugas pembelajaran berbasis menyiratkan pendekatan fungsional untuk pendidikan dan pengembangan pendidikan. Tugas dimodelkan setelah tugas profesional dan milik profesi, fungsi atau bidang masalah yang berbeda. Dalam beberapa disiplin ilmu ini akan lebih mudah dicapai dibandingkan pada orang lain, tetapi gagasan adalah bahwa kegiatan profesional, baik itu dokter umum dalam kedokteran, seorang peneliti fisika atau penasihat proses bisnis, adalah pusat dalam desain pendidikan.

Belajar berorientasi pada tugas menempatkan kegiatan, produktivitas dan kreativitas siswa di garis terdepan, dengan banyak ruang untuk inisiatif siswa. Pendekatan didaktik dikaitkan dengan wawasan konstruktivis dan sosial-konstruktivis pada pembelajaran yang efektif dan efisien, didasarkan pada motivasi siswa. Tujuan pembelajaran berorientasi pada tugas adalah untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan siswa dalam domain tugas.

Tim belajar
Pembelajaran berbasis tim terkait erat dengan pendekatan pembelajaran konstruktivis.Siswa bekerja sama dalam tugas yang profesional yang kompleks, dan dalam peran yang berbeda. Peran ini berkaitan dengan isi tugas. Sebuah pilihan yang berperan tergantung pada kemampuan siswa dan apa kemampuan siswa ingin mengembangkan. Kerjasama siswa dalam kelompok belum tentu efektif. Johnson dan John-
anak membedakan tingkat berikut efektivitas [JJ94]:

• kelompok Pseudo: tidak ada insentif bagi kerjasama, anggota kelompok tidak membantu sama lain, tetapi bekerja untuk menciptakan gangguan dan kesalahpahaman; hasil kelompok kurang dari jumlah potensi hasil anggota kelompok.
• Tradisional kelompok: anggota kelompok pada prinsipnya bersedia untuk bekerja sama, tetapi tidak melihat keuntungan banyak dalam kerjasama ini, pekerjaan akan disusun sedemikian rupa sehingga hal yang paling dapat dilakukan secara individual, anggota hanya merasa bertanggung jawab untuk mereka bagian sendiri dari kerja kelompok, namun akan berbagi informasi tentang bagaimana tugas dapat dilakukan.hasil kelompok lebih atau kurang jumlah potensi hasil anggota kelompok.
• Co-operative kelompok (tim): anggota kelompok kerja untuk mencapai tujuan bersama dan untuk memaksimalkan keberhasilan sendiri dan kolektif berkualitas tinggi; kompetensi sosial dikembangkan dan diterapkan, efektivitas anggota kelompok dan kelompok dianalisis dan tindakan perbaikan yang dilakukan, sedangkan Hasilnya kelompok lebih dari jumlah potensi hasil anggota kelompok.
• Kelompok kinerja tinggi: ini adalah kelompok koperasi di mana anggota memiliki komitmen besar untuk kedua pengembangan pribadi mereka sendiri dan orang lain, dan juga bersenang-senang besar bekerja dalam kelompok. Efektivitas kerjasama dalam kelompok biasanya dapat ditingkatkan dengan langkah-langkah berikut [JJ94]:
1. Aturlah tinggi, kualitas tatap muka interaksi,
2. Mengatur ketergantungan positif anggota kelompok satu sama lain sehingga mereka dapat mengalami efek positif dari penjelasan teman sebaya dan dukungan sebaya; mengatur keputusan yang akan diambil oleh kelompok (bukan oleh pelatih guru) atas dasar konsensus.
3. Mengatur tanggung jawab individu dalam konteks kelompok, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab untuk kinerja sendiri dan untuk kinerja kelompok secara keseluruhan.
4. Biarkan siswa mengembangkan kompetensi untuk kerjasama melalui tugas-tugas kelompok yang bermakna, umpan balik positif dan pengambilan keputusan atas dasar konsensus.
5. Mari memantau siswa mereka sendiri dan kelompok kerja; tanpa pemantauan kelompok tidak dapat yakin bahwa itu berkinerja baik.



Bagaimana Menggunakan TIK untuk Belajar Berdasarkan Permintaan
Tema yang muncul dari wawancara dengan guru tentang ICT di sekolah-sekolah tinggi

Belajar bagaimana mengajar secara efektif dengan teknologi baik memungkinkan dan memerlukan beberapa
perubahan mendasar ke sekolah. Ketika guru ditanya tentang pengalaman mereka
terkait dengan penggunaan teknologi di sekolah-sekolah tinggi muncul tema-tema umum berikut:


• Guru mengamati bahwa menciptakan pertanyaan teknologi ditingkatkan untuk siswa jauh lebih menantang dari yang mereka awalnya diantisipasi dan diperlukan dukungan berkelanjutan pada sejumlah tingkat yang berbeda.
• Guru membuat pengamatan berikut tentang belajar siswa dalam kaitannya dengan pertanyaan TIK diinfus bahwa mereka telah dilakukan
• Kedalaman pemahaman siswa meningkat
• Siswa menunjukkan kepemilikan lebih dan investasi dalam pembelajaran mereka
• Siswa menghasilkan kualitas yang lebih tinggi dan tingkat kerja yang lebih besar daripada kelompok sebelumnya beasiswa mahasiswa
• Siswa mampu melihat hubungan yang lebih besar antara pekerjaan sekolah mereka dan bekerja di dunia nyata di luar sekolah
• Siswa tampak lebih tertarik dalam belajar
 Mendukung yang memungkinkan guru untuk menciptakan teknologi diresapi Permintaan berbasis lingkungan belajar bagi siswa.

Peserta melaporkan beberapa faktor yang mengizinkan mereka untuk mengembangkan dan melaksanakan lebih
Permintaan studi berbasis teknologi yang terintegrasi dalam cara-cara baru:
1. Profesional pembangunan yang berkelanjutan dan pekerjaan tertanam
2. Kesempatan untuk bekerja sama dengan peneliti untuk bersama-sama mengumpulkan dan memeriksa bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
3. Sebuah budaya sekolah yang menghargai dan mendukung inovasi dan kreativitas
4. Kolega penukaran yang dapat memfasilitasi penggunaan penyelidikan dan efektif ICT
5. Waktu untuk merancang penyelidikan teknologi berbasis pengalaman belajar bagi siswa diinfuskan
6. Peluang untuk berkolaborasi dengan rekan dan mentor untuk merancang tugas-tugas multidisiplin yang kuat dan penilaian
7. Kepemimpinan administrasi yang kuat bahwa: memahami pentingnya pekerjaan ini dan mampu membantu orang tua memahami itu juga, mendorong guru untuk terus berusaha dan tidak menyerah, mengharapkan kesalahan terjadi tetapi pandangan mereka sebagai kesempatan belajar, siap untuk menciptakan peluang bagi para guruuntuk bekerja sama dengan rekan-rekan baik dari dalam dan luar sekolah, dan berusaha untuk memaksimalkan fleksibilitas guru dan siswa melalui penjadwalan kreatif dan penjadwalan.
8. Kesempatan untuk bergerak di luar kelas ke dalam dunia nyata??? mendukung inovasi dan pengambilan risiko
9. Perayaan menampilkan pekerjaan siswa
10. Akses ke teknologi yang saat ini dan mampu mendukung pekerjaan yang siswa dan guru ingin melakukan
11. Buka teknologi dan arsitektur yang memungkinkan untuk aplikasi untuk tinggal sumber daya saat ini dan web dapat diakses
12. Jenis akses dan fleksibilitas bahwa laptop nirkabel akan membuat mungkin sehingga waktu dan tempat berhenti hambatan yang
Pengalaman guru yang terlibat dalam inisiatif ini menemukan bahwa siswa menjadi lebih
terlibat ketika tugas mengharuskan mereka untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri dan bekerja
bersama-sama dengan guru, teman sebaya dan para ahli untuk menyelidiki isu-isu yang bermakna, memecahkan
masalah, bergulat dengan ide-ide penting, perdebatan, menemukan, membuat dan menguji mereka
pemahaman. Selanjutnya, ketika orang muda dapat menggunakan teknologi untuk langsung mereka
pengetahuan dan pemahaman terhadap penonton di luar kerja, ruang kelas sekolah
tampaknya jauh lebih menarik.

Ketika guru yang didukung baik tatap muka dan online melalui penggunaan
teknologi untuk desain pekerjaan penyelidikan yang kuat yang mencerminkan karakteristik berikut baik
siswa dan guru sangat senang dengan hasilnya. Pekerjaan tersebut meliputi:

• Authentic tugas, masalah, masalah dan pengalaman
• kekakuan Akademik diciptakan melalui eksplorasi tugas tidak jelas, kompleks dan multidimensi
• Tuntutan yang sama seperti yang akan diharapkan dari organisasi bekerja kinerja tinggi
• Kesempatan untuk eksplorasi aktif
• Kesempatan untuk terhubung dengan para ahli disiplin di luar kelas
• Penilaian yang ditujukan untuk meningkatkan pembelajaran, dan
• Kreatif dan sadar menggunakan teknologi sepanjang tiap tahap penyelidikan.

Bagaimana Menggunakan TIK untuk Belajar Berdasarkan Permintaan
Tema yang muncul dari wawancara dengan guru tentang ICT di sekolah-sekolah tinggi

Belajar bagaimana mengajar secara efektif dengan teknologi baik memungkinkan dan memerlukan beberapa
perubahan mendasar ke sekolah. Ketika guru ditanya tentang pengalaman mereka
terkait dengan penggunaan teknologi di sekolah-sekolah tinggi muncul tema-tema umum berikut:


• Guru mengamati bahwa menciptakan pertanyaan teknologi ditingkatkan untuk siswa jauh lebih menantang dari yang mereka awalnya diantisipasi dan diperlukan dukungan berkelanjutan pada sejumlah tingkat yang berbeda.
• Guru membuat pengamatan berikut tentang belajar siswa dalam kaitannya dengan pertanyaan TIK diinfus bahwa mereka telah dilakukan
• Kedalaman pemahaman siswa meningkat
• Siswa menunjukkan kepemilikan lebih dan investasi dalam pembelajaran mereka
• Siswa menghasilkan kualitas yang lebih tinggi dan tingkat kerja yang lebih besar daripada kelompok sebelumnya beasiswa mahasiswa
• Siswa mampu melihat hubungan yang lebih besar antara pekerjaan sekolah mereka dan bekerja di dunia nyata di luar sekolah
• Siswa tampak lebih tertarik dalam belajar
 Mendukung yang memungkinkan guru untuk menciptakan teknologi diresapi Permintaan berbasis lingkungan belajar bagi siswa.

Peserta melaporkan beberapa faktor yang mengizinkan mereka untuk mengembangkan dan melaksanakan lebih
Permintaan studi berbasis teknologi yang terintegrasi dalam cara-cara baru:
1. Profesional pembangunan yang berkelanjutan dan pekerjaan tertanam
2. Kesempatan untuk bekerja sama dengan peneliti untuk bersama-sama mengumpulkan dan memeriksa bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
3. Sebuah budaya sekolah yang menghargai dan mendukung inovasi dan kreativitas
4. Kolega penukaran yang dapat memfasilitasi penggunaan penyelidikan dan efektif ICT
5. Waktu untuk merancang penyelidikan teknologi berbasis pengalaman belajar bagi siswa diinfuskan
6. Peluang untuk berkolaborasi dengan rekan dan mentor untuk merancang tugas-tugas multidisiplin yang kuat dan penilaian
7. Kepemimpinan administrasi yang kuat bahwa: memahami pentingnya pekerjaan ini dan mampu membantu orang tua memahami itu juga, mendorong guru untuk terus berusaha dan tidak menyerah, mengharapkan kesalahan terjadi tetapi pandangan mereka sebagai kesempatan belajar, siap untuk menciptakan peluang bagi para guruuntuk bekerja sama dengan rekan-rekan baik dari dalam dan luar sekolah, dan berusaha untuk memaksimalkan fleksibilitas guru dan siswa melalui penjadwalan kreatif dan penjadwalan.
8. Kesempatan untuk bergerak di luar kelas ke dalam dunia nyata??? mendukung inovasi dan pengambilan risiko
9. Perayaan menampilkan pekerjaan siswa
10. Akses ke teknologi yang saat ini dan mampu mendukung pekerjaan yang siswa dan guru ingin melakukan
11. Buka teknologi dan arsitektur yang memungkinkan untuk aplikasi untuk tinggal sumber daya saat ini dan web dapat diakses
12. Jenis akses dan fleksibilitas bahwa laptop nirkabel akan membuat mungkin sehingga waktu dan tempat berhenti hambatan yang
Pengalaman guru yang terlibat dalam inisiatif ini menemukan bahwa siswa menjadi lebih
terlibat ketika tugas mengharuskan mereka untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri dan bekerja
bersama-sama dengan guru, teman sebaya dan para ahli untuk menyelidiki isu-isu yang bermakna, memecahkan
masalah, bergulat dengan ide-ide penting, perdebatan, menemukan, membuat dan menguji mereka
pemahaman. Selanjutnya, ketika orang muda dapat menggunakan teknologi untuk langsung mereka
pengetahuan dan pemahaman terhadap penonton di luar kerja, ruang kelas sekolah
tampaknya jauh lebih menarik.

Ketika guru yang didukung baik tatap muka dan online melalui penggunaan
teknologi untuk desain pekerjaan penyelidikan yang kuat yang mencerminkan karakteristik berikut baik
siswa dan guru sangat senang dengan hasilnya. Pekerjaan tersebut meliputi:

• Authentic tugas, masalah, masalah dan pengalaman
• kekakuan Akademik diciptakan melalui eksplorasi tugas tidak jelas, kompleks dan multidimensi
• Tuntutan yang sama seperti yang akan diharapkan dari organisasi bekerja kinerja tinggi
• Kesempatan untuk eksplorasi aktif
• Kesempatan untuk terhubung dengan para ahli disiplin di luar kelas
• Penilaian yang ditujukan untuk meningkatkan pembelajaran, dan
• Kreatif dan sadar menggunakan teknologi sepanjang tiap tahap penyelidikan.

Pengaruh pembelajaran berbasis ICT dengan strategi Individual Learning

Pengaturan diri dalam belajar digambarkan sebagai derajat tingkatan siswa yang secara metakognitif, secara motivasional, dan secara perilaku berperan aktif dalam belajar siswa sendiri(Zimmerman, 1989). Siswa memiliki kemampuan mengatur diri (self-regulated) menerapkan berbagai strategi kognitif dan metakognitif untuk mencapai tujuan belajar, dan mereka mendekati tugas belajar dengan strategi (Corno & Mandinach, 1983). Siswa juga menerapkan strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar mereka dan untuk mengatur waktu mereka secara efektif. Sebagai tambahan, mereka lebih mungkin mencari teman sebaya atau bantuan guru jika mereka menemukan kesulitan belajar. Lebih dari itu, siswa yang memiliki kemampuan mengatur diri dilaporkan mempunyai self-efficacy yang tinggi, dan hal yang positif adalah memiliki motivasi intrinsik untuk belajar (Pintrich & Garcia, 1991). Sebagai pembanding, siswa yang kemampuan mengatur diri rendah tidak menggunakan strategi kognitif dan metakognitif, atau pun mereka menggunakan strategi itu pada saat rekan yang lain menggunakan pengaturan diri pada tingkat tinggi.
Kaitan karakteristik pengaturan diri dalam belajar dan hasil akumulatif dari penerapannya pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pengaturan diri dalam belajar perlu dikembangkan pada individu yang belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) karena berkaitan dengan hakekat dan visi pelajaran TIK. Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi(Puskur, 2004), yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.
Sedangkan hakekat kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi menurut Kurikulum TIK 2004 menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan
perubahan dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif namun bertanggungjawab. Siswa belajar bagaimana menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi agar dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan budaya. Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. Dengan hakekat seperti maka pada pembelajaran TIK perlu ditanamkan sikap dan kemampuan pengaturan diri dalam belajar.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa pengembangan pengaturan diri dalam belajar sangat diperlukan oleh siswa yang belajar mandiri. Tuntutan pemilikan pengaturan diri dalam belajar terlihat semakin tinggi dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran. Kelebihan TI khususnya internet antara lain adalah memberikan sejumlah fasilitas, sumber belajar terkini, dan keleluasaan mengakses yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Demikian pula pengaturan diri dalam belajar menjadi lebih diperlukan oleh siswa yang menghadapi tugas mandiri, tugas dalam bentuk pemecahan masalah. Pada saat siswa menghadapi tugas-tugas tadi, siswa dihadapkan pada sumber informasi yang melimpah yang mungkin sesuai atau yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan siswa yang bersangkutan. Pada kondisi yang demikian siswa tersebut harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi intrinsik, menganalisis kebutuhan dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi penyelesaian masalah, memilih sumber belajar yang sesuai, serta mengevaluasi diri terhadap performansinya
Untuk pengaturan diri dalam belajar, teori belajarnya mengadopsi perspektif kognitif sosial. Schunk & Zimmerman (1989) memperlihatkan manfaat pelatihan siswa pada penggunakan strategi self-regulatory learning, self-efficacy yang digambarkan sebagai persepsi siswa sekitar kompetensi mereka dalam sebuah domain yang diberikan. Menurut perspektif kognitif sosial (Bandura, 1986), sebelum mulai proses pelajaran yang baru, keyakinan self-efficacy siswa mempunyai
7
pengaruh pada prestasi, dan setelah pelajaran selesai keyakinan self-efficacy ini akan berubah tergantung pada apakah siswa merasa yakin mereka bisa melaksanakan tugas yang telah diajarkan. Pintrich (1990) mengatakan untuk menguji self-efficacy sebagai pada prestasi belajar dengan melihat jawaban bagi pertanyaan “Dapatkah aku melakukan tugas?”. Schiefele mengusulkan pertanyaan “Mengapa melakukan tugas?” ini hanya dapat ditujukan melihat pengaruh belajar pada task-value siswa dalam sebuah tugas dan orientasi tujuan awal siswa pada penggunaan strategi belajar

Multimedia Interaktif untuk mengembangkan Pengaturan Diri dalam Belajar

Salah satu bentuk aplikasi komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah multi media. Multimedia merupakan salah satu bentuk teknologi komputer, yang melibatkan berbagai media dalam satu perangkat lunak (software) serta memiliki kemampuan interaktif tinggi sebagai sarana dalam menyampaikan berbagai informasi, serta sarana untuk memperoleh umpan balik bagi peserta didik. Lebih jauh lagi kapasitas memori yang dimiliki komputer memungkinkan siswa menayangkan kembali materi pelajaran. Berbagai jenis aplikasi komputer dalam pembelajaran biasa disebut Computer-Assited Instuction/Learning (CAI/CAL), Computer-Based Instruction (CBI), yaitu pembelajaran berbantuan komputer. Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif (Haigh, 1993))
Kaitan antara pengaturan diri dalam belajar dan penggunaan ICT dalam pembelajaran, bahwa pada dasarnya tingkat kemanfaatan ICT sangat ditentukan oleh faktor kemandirian dalam kegiatan belajar, sehingga guru tidak lagi bertindak sebagai pemberi pengetahuan melainkan sebagai fasilitator. Dalam hal ini siswa dapat menentukan sendiri apa yang akan dipelajarinya dan kapan mereka akan mempelajarinya secara mendalam. Merekapun diberi kebebasan untuk membuat kesimpulan/intisari dari apa yang telah dipelajarinya.
Dengan pertimbangan keistimewaan multimedia interaktif yang bersesuaian karakeristik pengaturan diri dalam belajar maka peneliti memilih pengembangan model untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar siswa menggunakan multimedia.
Dalam pengaturan diri dalam belajar siswa dituntut berpikir menggunakan strategi kognitif dan metakognitif(Zimmerman, 1989). Program-program interaktif yang mengandung strategi tersebut dapat dimasukkan didalamnya. Umpan balik yang merupakan keistimewaan aplikasi multimedia berperan sangat penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam memecahkan persoalan. Hal ini selaras apa yang yang terkandung dalam pengaturan diri dalam belajar yaitu self monitoring.


Fisika aneh seperti Cicak

Harus diakui, walau belum melakukan penelitian, fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak tidak disukai siswa, berbagai alasan bisa dikemukakan siswa, salah satunya ‘fisika itu susah dipahami’.
Apapun alasan siswa tidak menyukai fisika, tetap fisika merupakan mata pelajaran wajib diikuti. Karenanya guru harus tetap semangat, terus berupaya agar siswa menyukai fisika, gunakan berbagai taktik dan Trik supaya siswanya menyukai fisika.
1.      Menguasai materi. Ini salah satu kunci utama, sehebat apapun metode pembelajaran kalau gurunya tidak atau kurang menguasai materi hasilnya pasti tidak memuaskan.
2.      Menyajikan materi dengan metode pembelajaran yang mudah diterima siswa dan variatif. Hal ini memerlukan kejelian guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan variatif agar proses belajar mengajar tidak jenuhkan.
1.      Menciptakan suasana yang membuat image fisika seolah-olah sangat mudah. Bukan sebaliknya menakut-nakuti siswa, misal mengawali pembelajaran dengan perkataan: ‘materi ini pasti sulit dipahami, karena……’ hal ini bisa membuat siswa pesimis.
2.      HindariTidak horor tegang dalam mengajar, upayakan selingi dengan humor tapi tidak berlebihan.
3.      Memahami kemauan siswa dalam belajar.
4.      Siap menerima kritikan dari siapapun, termasuk dari siswa.
5.      Siap untuk introspeksi diri.

Tapi..dibalik semua pembelajaran fisika itu ada hal-hal aneh lo yang ditemui pada fisika ketika kita telusuri fisika itu..

1. Jika matahari terbuat dari pisang.

Matahari panas karena beratnya yang luar biasa, sekitar bermiliar-miliar ton dan membuatnya menjadi inti tekanan kolosal. Tekanan besar menimbulkan temperatur besar. Jika matahari terbuat dari pisang, maka beratnya akan bermiliar-miliar ton dan memiliki efek yang sama dengan matahari.

2. Semua materi pembuat ras manusia dapat masuk dalam kotak gula.

Atom merupakan 99,9999999999999999% ruang kosong. Jika semua atom dipaksa bersatu dan menghilangkan ruang di antaranya seperti kotak gula, maka massanya sekitar 10 kali massa manusia hidup. Hal ini serupa yang terjadi pada bintang netron, massa super padat peninggalan supernova.

3. Peristiwa di masa depan dapat mempengaruhi peristiwa di masa lalu.

Keanehan dunia kuantum didokumentasikan. Tetapi keanehan itu semakin aneh. Menurut eksperimen fisikawan John Wheeler dan peneliti lain pada 2007, perubahan partikel masa kini dapat mengubah partikel pada masa lalu.

4. Hampir sebagian besar semesta menghilang

Kemungkinan terdapat lebih dari 100 miliar galaksi di kosmos. Setiap galaksi memiliki 10 juta bintang. Matahari kita memiliki berat bermiliar-miliar ton. Materi ini merupakan materi terlihat di semesta.

Materi lain disebut ‘materi gelap’. Materi ini masih butuh penjelasan dan tampaknya materi ini merupakan perluasan semesta.

5. Benda dapat bergerak lebih cepat dari cahaya.

Kecepatan cahaya konstan pada ruang hampa adalah 300 ribu km/detik, dan cahaya tak selalu melewati ruang hampa. Dalam air, foton bergerak sepertiga kecepatan awal. Dalam reaktor nuklir, beberapa partikel dipaksa bergerak dalam kecepatan tinggi bahkan lebih cepat dari cahaya.

6. Ada jumlah tak terbatas saat menulis dan membaca

Menurut standar model kosmologi saat ini, jumlah semesta yang dapat dihitung pun tak ada batasnya seperti buih. Namun, jumlah kemungkinan sejarah terbatas karena jumlah peristiwa terjadi juga terbatas.

7. Lubang Hitam tidak hitam

Lubang hitam memang sangat gelap, tapi tak hitam. Mereka bersinar dan memberi sedikit spektrum cahaya, temasuk cahaya yang dapat dilihat.

8. Penjelasan mendasar dari semesta tak termasuk masa lalu, kini atau masa depan

Menurut teori relativitas, tak ada hal seperti masa kini atau masa depan atau masa lalu. Bingkai waktu sangat relatif. Waktu kita sama karena kita bergerak pada kecepatan yang sama. Jika kita bergerak pada kecepatan berbeda, kita akan menemukan bahwa kita menua lebih cepat.

9. Partikel dapat mempengaruhi sisi lain semesta dalam sekejab

Ketika elektron bertemu kembaran antimateri, keduanya akan hancur dalam kilatan energi dan dua foton akan terbang dari ledakan itu.

Kembaran itu akan mulai berputar pada arah sebaliknya, dan secara instan kembaran di sisi lain semesta juga ikut berputar.

10. Semakin cepat bergerak, semakin berat

Jika Anda berlari dengan cepat, berat Anda akan bertambah. Tak permanen, tapi secara sesaat akan menambah sedikit berat. Menurut teori relativitas, massa dan energi adalah sama. Semakin banyak energi yang dikeluarkan, semakin berat massanya.